Oleh: Beni Sulastiyo/ PMM AY Kalimantan Barat
Ini tulisan lawas yang sudah di posting di blog saya www.bungben.blogspot.com. Sayang juga kalau tidak dishare di sini. Mudah-mudahan bermanfaat.
Aktivitas studi banding di Pondok Modern Darussalam Gontor yang kami lakukan selama 3 hari (8-11 Juli 2014) tak hanya memberikan begitu banyak ilmu pengetahuan bagi kami, namun juga memberikan pengalaman spiritual yang penuh hikmah. Bagaimana tidak, ditengah keputusasaan terhadap merebaknya cara berpikir materialistik dalam dunia pendidikan Indonesia kontemporer yang hanya mampu menciptakan manusia dengan jiwa yang kering dengan spiritualitas, manusia yang tumpul semangat, intelektual dan kepeduliannya. Berikut beberapa catatan tentang kehebatan sistem pendidikan di Pondok Modern Darussalam, Gontor Ponorogo.
Sangat banyak keunggulan sistem pendidikan di Pondok Modern (PM) Darusslam. Pondok ini memberikan penekanan yang sangat penting pada niat dan orientasi lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan tak hanya dijadikan ruang untuk mengembangkan peserta didik, akan tetapi dijadikan sebagai ladang amal bagi seluruh stakeholders yang ditujukan kepada Allah SWT semata. Tak ada sedikitpun tampak dari aktivitas Ponpes tersebut yang ingin menjadikan lembaga pendidikan sebagai ladang untuk mencari harta-benda, meningkatkan status pelopor dan pengelolanya. Sebaliknya, pendirian lembaga pendidikan tersebut secara sempura di desain, dikembangkan dan dikelola semata-mata sebagai instrument pengabdian kepada Allah SWT. Niat dan orientasi mengabdi kepada Allah SWT itu dijaga oleh rencana pengembangan dan tata pengaturan yang sangat detail sehingga secara jangka panjang dapat menjaga seluruh stakeholeder (pimpinan, pengelola, pengajar, siswa, lembaga-lembaga pendukung lainnya) dapat mempertahankan niat dan orientasi tersebut.
Berbasis niat dan orientasi yang murni 100% mengabdi kepada Allah SWT tersebut ternyata mampu menggerakan seluruh stakeholders hingga dapat berjalan bersama-sama, bahu-membahu bahkan mengorbankan harta, benda, dan tenaga demi kemajuan pembangunan Pondok. Tak heran dalam waktu yang tak terlalu lama pondok pesantren Darussalam mampu menjadi instrument perjuangan umat, pusat pengembangan peradaban, dan pencetak generasi Islam super yang memiliki kualitas keimanan, ketakwaan, intelektual dan kepribadian yang adiluhung.
Selama 2 hari berinteraksi dan mempelajari serba sedikit tentang Pondok tersebut kami menemukan begitu banyak fenomena menarik yang mampu meningkatkan keyakinan kita tentang betapa agungnya ajaran Islam. Beberapa fenomena tak biasa yang mampu kami rekam sepanjang ‘perjalanan spiritual’ itu antara lain:
1. Hasil Peserta didik yang Adiluhung
Saat sampai di Bandara Adisucipto, Yogyakarta, kami dijemput oleh dua orang santri PM Darussalam, yaitu Andika. Mereka berdua adalah santri yang pernah diasuh oleh Ustadz. Liqmanulhakim dan telah menamatkan studi setingkat sarjana. Sepanjang jalan Yogyakarta-Gontor yang memakan waktu sekitar 6 jam, kami terlibat diskusi dengan tema-tema yang beraneka ragam. Saya takjub dengan kemampuan dua orang santri ini dalam melakukan analisis terhadap berbagai fenomena sosial, politik dan ekonomi baik dalam lingkup nasional maupun dalam lingkup dunia dan keberanian serta kemampuan mereka dalam mengemukakan pendapat. Mereka juga mampu merekam dan mereview alas teori dan pendapat para pakar dengan sangat baik. Tak ada statement negatif yang mereduksi semangat dan motivasi lawan bicaranya, tak ada gagasan yang keluar dari bibir kedua santri tersebut tanpa diiringi dengan tatapan mata tajam dan mengkilat. Fenomena ini tak akan bisa kita temukan saat berdiskusi dengan mahasiswa jebolah S2 sekalipun dari kampus-kampus negeri dan swasta umum. Cakrawala pengetahuannya jauh lebih luas dibandingkan tamatan S2 mahasiswa non Pesantren. Gagasannya jauh lebih bernas, statementnya runtut, jelas dan mudah dipahami. Kedua santri ini begitu sempurna sebagai seorang intelektual muslim. Haus pengetahuan, serta memiliki etika yang baik. Saya yang intensif menjadi lawan bicaranya saat itu langsung berpikir, betapa hebatnya lembaga tempat ia belajar sehingga mampu menghasilkan santri yang hebat seperti kedua orang ini.
2. Totalitas para Pengajar
Rabu Pagi, tanggal 9 Juli saat mengelilingi komplek kampus Universitas Darussalam, Ustadz. Lukman membawa kami bersilaturahmi dengan Dihyatun Masqon. Beliau adalah ustadz Bang Luqman pada saat menimba ilmu di Insitut Islam Darusslam (INSID). Ia adalah seorang doktor sastra Arab yang menguasai beberapa bahasa dan memiliki pengetahuan seluas samudra. Pada saat kami bertandang di kediaman beliau, Ustadz Dihyatus baru saja usai memberikan nasehat seorang santri yang akan melanjutkan studi di Jerman. Pada awalnya Ustd. Luqman hanya ingin bersalaman dan mengenalkan kami kepada Ustadz favoritnya itu, namun pada akhirnya kami terlibat diskusi dalam durasi lebih dari satu jam dengan sosok intelektual yang sangat rendah hati ini. Beliau memberikan berbagai nasehat yang mencerahkan kepada kami seputar masalah pendidikan, tentang arti penting keikhlasan, filosofis memberi, 4 pilar pendidikan, hingga hikmah puasa yang beliau sebut sebagai jalan tol menuju kebahagiaan, serta keagungan sistem pendidikan Islam. Ia begitu antusias, bergitu semangat dan begitu tulus memberikan nasihat kepada kami. Saya telah banyak mendatangi para intelektual Islam di Pontianak, namun saya tak pernah menemukan sosok intelektual yang memiliki pengetahuan sangat luas, memiliki pengalaman pembelajaran di berbagai belahan dunia namun memiliki penampilan yang sederhana, santun dan tulus seperti beliau. Para intelektual Islam yang saya temukan biasanya enggan telibat diskusi jika ia tak memiliki kepentingan dengan kita, para intelektual Islam kebanyakan, enggan berlama-lama membuang waktu untuk meladeni kahausan orang pinggiran seperti kami yang haus dengan pengetahuan. Para akademisi yang biasa kami jumpai, seringkali mematahkan semangat dan tak memberikan apresiasi atas rencana-rencana kecil yang akan kami lakukan. Sosok Dr.Dihyatun Masqon adalah representasi dari ratusan sosok pengajar di PM Darussalam yang sudah sangat sulit kita jumpai di sekitar kita. Seorang pendidik yang melandaskan niatnya hanya untuk Allah semata, seorang pendidik yang jauh dari hitung-hitungan material-transaksional, seorang pendidik yang berpengatahuan sangat luas namun tetap santun dan rendah hati. Dengan sosok pendidik seperti itu, wajarlah jika Ponpes ini mampu mencetak SDM-SDM yang adiluhung yang tangguh dan mampu menerangi dunia.
3. Totalitas para pengelola (manajemen)
Para pengelola Pondok, baik yang bertugas di madreasah, di INSID, di UNIDA dan puluhan unit usaha pondok memiliki kaharakter yang tak jauh berbeda dengan kharakter Dr. Dihyatun Masqon, rendah hati, antusias, berpengatahuan sangat luas namun tetap sederhana. Mereka adalah sosok kaum profesional yang mampu bekerja sepanjang hari bahkan sepanjang saat. Padahal gaji mereka jauh di bawah gaji rata-rata para pengelola kampus atau lembaga pendidikan. Mereka adalah para pengelola yang sangat taat dengan pimpinan dan mendedikasikan semua yang mereka miliki hanya untuk pondok tempat mereka mengabdi. Susah menjelaskan jika ada sekelompok pengeloa Pesantren Anak sholeh (PAS) Baitul Quraan yang bernaung di bawah PM Darussalam masih sibuk terlibat diskusi hingga pukul 11 malam. Sulit menjelaskan para pejabat kampus turut serta menyiram tamanan, menyapu dan membersihkan lantai bersama-sama dengan para santri dan petugas kebersihan. Sulit menjelaskan seorang anak kyai Syukri yang terkenal itu berkenan meladeni kami hingga larut malam untuk menjelaskan aneka persoalan teknis tentang pengelolaan lembaga pendidikan. Namun, begitulah kenyataannya. Kenyataan yang memukul gelembung-gelembung besi kesombongan kita hingga kempes tak tersisa!
4. Kesederhanaan dan Keikhlasan Total Sang Kyai (leadership)
Rabu malam, tanggal 9 juli kami sowan ke kediaman Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasy, pemimpin Ponpes Darussalam yang begitu disegani oleh seluruh penghuni Pondok yang jumlahnya lebih dari 5000 orang, seorang intelektual muslim yang namanya bersinar tak hanya di Indonesia tapi juga di Dunia. Kami diterima oleh anak Pak Kyai yang bernama Reza. Saat akan beranjak pulang istri Pak Kyai yang biasa dipanggil Ibu Nyai mengantar kepulangan kami lalu mengundang untuk berbuka puasa di rumahnya esok hari. Saat akan pulang, beliau mengajak kami semua untuk menemui suaminya, KH Abdullah Syukri, yang sedang sakit paska mengalami operasi otak yang mengakibatkan hilangnya sebagian besar memori dan kontrol terhadap tubuhnya. Kami merasa doa kami yang begitu ingin bertemu dengan tokoh dibalik keajaiban sistem pengelolaan Ponpes Darusslam ini langsung diijbah oleh Allah SWT. Kami mencium tangan Pak Kyai yang sedang lemah tak berdaya di kursi rodanya itu, ia menatap kami dengan tajam, kami tak sanggup membalas tatapannya yang mengkilat menembus lorong jiwa kami. Kami tak mampu membalas sorot mata sang pemimpin pondok yang telah mendedikasikan 100 persen hidupnya untuk mendidik puluhan ribu santri, kami tak sanggup membalas pemilik sorot mata yang telah berhasil mencetak puluhan ribu ulama yang telah menyebar tak hanya di seluruh Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Kami tak sanggup membalas pemilik sorot mata yang telah mendesain sebuah lembaga pendidikan yang menjadi salah satu kebanggaan ummat Islam di dunia ini. Kami hanya bisa tertunduk sambil berdoa agar Allah SWT memberikan kesehatan untuknya dengan hati yang teriris-iris dan jantung yang berdebar-debar tak tentu bunyi. Saya yakin keinginan kami saat itu sama, kami ingin mengetahui lebih jauh tentang sosok manusia super ini. Tapi tak tau bagaiamana caranya. Namun, harapan kami ternyata diijabah oleh Allah. Saat pulang Ibu Nyai mengampiri Ustadz Lukman dan mengajak kami semua untuk berbuka puasa di rumahnya esok hari. MasyaAllah!!!
Tentu saja ajakan itu tak akan kami sia-siakan. Keesokan harinya kami kembali sowan ke kediaman Pak Kyai untuk memenuhi undangan Ibu Nyai. Kami diterima oleh Mas Reza, Putra Pak Kyai. Mas Reza meminta kami untuk langsung menuju ke belakang, Ibu Nyai menunggu kami di bagian belakang rumahnya tempat berkumpul keluarga yang memiliki hubungan sangat dekat. Betapa bangga hati kami saat itu. Subhanallah, Allahuakbar sore itu hanya ada kami dan keluarga inti Pak Kyai, yaitu Ibu Nyai sendiri, Dua orang putra Pak Kyai beserta istrinya, serta satu orang putri Pak Kyai. Kami terlibat pembicaraan yang demikian hangat dengan keluarga Kyai Besar itu, pembicaraan yang tak berjarak, interaksi yang begitu apa adanya. Kami shalat maghrib berjamaah bersama keluarga inti beliau satu shaf bersama Pak Syukri yang shalat di atas kursi roda, kami mengamini doa Pak Kyai yang beliau sampaikan dengan suara yang begitu lirih, kami juga shalat Isya bersama Pak Kyai dan keluarga intinya di mushola keluarga yang terletak di belakang rumahnya. Shalat isya yang diimami langsung oleh Kyai Syukri. Kami juga melaksanakan shalat tarawih bersama Pak Kyai dan keluarga intinya dengan shaf yang rapat tak berjarak. Subahanallah!
Selama kurang lebih 4 jam kami berinteraksi langsung dengan Pak Kyai Syukri dan keluarga intinya. Sulit bagi kami untuk menggambarkan kesan kami berinteraksi dengan keluarga beliau. Tak ada kata-kata yang bisa mewakili kekaguman kami terhadap cerita Mas Reza tentang cara Pak Kyai mendidik anak-anaknya. Tak ada kata-kata yang bisa mewakili kekaguman kami dengan keramahan ibu Nyai dan keluarga yang tulus, sederhana dan apa adanya. Sulit, sungguh sulit. Mereka begitu sederhananya sehingga membuat kami tak sadar bahwa kami sedang berinteraksi dengan keluarga seorang ulama besar yang dikagumi dunia.
Keikhlasan dan kesederhanaan yang menjadi salah satu filosofis Pondok Pesantren Darusslam ini tak hanya hidup di lembaga pendidikan, tapi juga begitu hidup di jiwa seluruh keluarga Pak Kyai Syukri. Ya Allaaaahhh.
Ternyata inilah rahasia dibalik kehebatan PM Darussalam yang terkenal seantero jagad itu. Filosofis ikhlas dan sederhana yang hebat itu telah dipraktekan terlebih dahulu oleh seluruh anggota keluarga Kyai Syukri. Beliau menerapkan filosofi s itu secara total se total-totalnya.
Kesederhanaan dan keihklasan keluarga Pak kyai inilah yang menyinari kesederhanaan dan keikhlasan seluruh stakeholder Pondok, para pekerja lepasnya, para santrinya, para ustadznya, para pengelola Ponpes, hingga para profesor doktor yang mengabdikan diri untuk memajukan dunia pendidikan ummat Islam di Pondok Modern Darusslam itu.
5. Sistem pembelajaran yang detail dan sempurna (methode)
Tak berlebihan jika saya memberikan predikat Pondok Modern Darussalam sebagai Sekolah Kehidupan. Pondok ini bukan sekedar tempat untuk menimba ilmu pengetahuan, namun juga untuk menajamkan kesadaran sebagai Abdi Allah, menyuburkan spiritualitas, mengembangkan kharakter sebagai muslim yang cerdas, disipilin, berjiwa kepemimpinan namun tetap bertakwa dan rendah hati. Sekolah kehidupan itu berlangsung 24 jam dalam sehari bukan hanya 5-6 jam seperti di sekolah-sekolah biasa. Sekolah kehidupan itu dan diselenggarakan dalam seluruh ruang dan waktu yang ada dengan sistem pembelajaran yang diatur dengan sangat detail dan sempurna, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Tak ada satupun aktivitas yang lepas dari sistem pembelajaran dan pengajaran, sejar di ruang kelas, masjid, uang olah raga, ruang makan, hingga ruang tidur. Semua orang melakukan hal yang sama, jam berapa melakukan apa untuk apa dan untuk siapa. Semua orang melakukan dengan irama yang yang begitu indah tanpa tekanan dalam sistem pengaturan yang detail dan sempurna. Semua orang adalah santri dan semua santri adalah guru bagi sesama, semua pengikut adalah pemimpin dan semua pemimpin adalah pelayan bagi yang dipimpin. Semua diatur melalui norma-norma, tata tertib, peraturan dan kesepakatan-kesepakatan tak tertulis.
6. Sistem Manajemen yang Jenius (manajemen/administrasi)
PM Darussalam adalah sebuah sekolah kehidupan yang berkembang by design. Saya tak pernah melihat sebuah organisasi yang dikelola secara detail. Saya juga tak pernah melihat organisasi yang mampu menjalankan peraturan dengan sangat konsisten sepanjang waktu, sepanjang detik dan selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Saya tak pernah menjumpai organisasi dimana para pemimpin dan pengelolanya mengetahui secara persis berapa jumlah kelas, berapa jumlah pintu dan jendela, berapa jumlah kamar mandi hingga berapa jumlah keran air yang dimiliki oleh pondok. Saya juga tak pernah melihat satu organisasipun yang mampu melakukan sistem perencanaan, pengarahan, pengkoordinasian dan controlling secara detail dan sempurna seprti yang diterapkan di PPondok ini. Saya juga tak pernah melihat sebuah organisasi yang mengatur kehidupan ribuan orang dimana sang pemimpin dapat mengetahui secara detail dan cepat apapun yang terjadi pada organisasinya. Dan saya sungguh tak pernah menyaksikan seluruh anggota organisasi begitu patuh dengan perintah dan arahan pemimpinnya. Saya tak tahu apa nama sistem manajemen yang diterapkan di Pondok ini. Yang saya tahun manajemen Ponpes ini adalah sebuah sistem manajemen yang jenius yang di ciptakan dan dibangun oleh orang-orang yang jenius pula.
7. Kemandirian yang Menakjubkan
Selama dua hari berada dalam komplek Pondok Modern Darussalam kami diajak berkeliling oleh Ustadz Lukman mengunjungi unit-unit usaha yang didirikan oleh pimpinan pondok. Sejauh yang kami ingat ada sekitar 32 unit usaha yang dikelola secara langsung dan tidak langsung oleh Pondok. Diantaranya Penggilingan padi, supermarket, percetakan, penerbitan, majalah, toko buku, konveksi, toko bangunan, toko roti, ice cream, air minum dalam kemasan, transportasi, wartel, pengolahan sampah, BMT, radio, televisi, recording, wisma, dan hotel. Unit-unit usaha tersebut ada yang dikelola dibawah yayasan, di bawah organisasi santri, maupun organisasi kampus. Yang menarik adalah semua unit usaha tersebut didirikan dalam rangka untuk mensuplai kebutuhan pondok. Sebagian juga didirikan untuk melayani masyarakat umum. Sleuruh keuntungan diserahkan kepada pondok untuk didistribusikan bagi kepentingan pembiayaan operasional pondok dan pengembangan. Dengan demikian sangat sedikit produk atau jasa keperluan pondok yang dibeli dari luar. Faktor lain yang menarik adalah unit-unit usaha tersebut memiliki sistem yang sangat profesional baik menyangkut sistem produksi, sistem pemasaran, sistem pengelolaan keuangan hingga sistem pelaporan. Seluruh unit usaha dioperasionalkan secara sukarela oleh santri. Dengan kata lain para pengelola tersebut tidak digaji. Para pengelola tersebut adalah para santri yang ditugaskan secara khusus berdasarkan keahlian masing-masing. Para pengelola tersebut menjalankan sebuah tugas yang disebut masa pengabdian. Masa pengabdian berlangsung selama 6 tahun, dimana santri-santri pilihan diberikan tanggungjawab untuk mengelola unit usaha secara sukarela sambil melanjutkan studinya pada jenjang yang lebih tinggi setelah selesai menamatkan jenjang pendidikan tertentu. Sungguh tidak rasional, namun tak ada satupun unit usaha tersebut bangkrut atau mengalami kerugian. Strategi kemandirian internal yang oleh pimpinan pondok disebut dengan sistem ekonomi protective tersebut sungguhlah menakjubkan. Karena mampu dikelola dengan sangat efisien oleh orang-orang yang secara mental dan intelektual telah dianggap memadai untuk menjalankan roda bisnis secara profesional.
8. Tradisi ilmu yang hidup
Para pengabdi di lingkungan pondok pesantren pada dasarnya adalah santri yang menimba ilmu di PM Darussalam. Setiap hari mereka terlibat dalam proses belajar mengajar dan praktek keilmuan secara praksis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian Pondok ini memiliki tradisi ilmu yang selalu hidup semua orang berupa menimba dan mengembangkan ilmu barunya. Jangan heran apabila banyak santri yang mengabdi di pondok ini memiliki pengalaman dalam cakupan internasional. Mereka biasa dikirim ke luar negeri untuk memperdalam ilmu belajar di lembaga-lembaga pendidikan formal, mengisi diskusi, menjadi bagian dari kegiatan pertukaran santri, dsb. Ketika pulang ilmu dan pengalaman yang mereka dapatkan wajib untuk disampaikan kepada orang lain. Rumah-rumah ustadsz dan dosen terbuka 24 jam untuk dikunjungi oleh santri yang ingin berdiskusi, atau berkonsultasi. Para ustadz dan dosen ini akan dengan senang hati melayani para santri tersebut dirumahnya. Dengan demikian setiap saat proses diksusi dan pertukaran ilmu pengetahuan berlangsung tiada henti di lingkungan Pondok Darussalam. Saya belum pernah menemukan sebuah lembaga pendidikan yang memiliki tradisi ilmu yang selalu hidup seperti PondokDarussalam ini.
9. Keseimbangan Rasionalitas dan Spiritualitas
Merasakan denyut nadi kehidupan di Pondok Modern Darussalam ini bagaikan meyaksikan peradaban Islam melalui buku-buku sejarah gemilang Islam pada masa kekhalifaan. Seorang santri yang berpenampilan sangat sederhana dan sangat taat menjalankan aktivitas ibadah wajib secara tak terduga adalah seserang yang juga ahli dalam bidang komputer, bangunan, hukum, bisnis, atau teknologi penyiaran. Kemampuan praksis mereka ditopang pula dengan penguasaan basis teoritik yang mapan. Sehingga tak usah heran jika ada seorang santri yang dapat menjelaskan sejarah dan tekhnik pengembangan sebuah software pengolah musik dengan sangat detail dari awal hingga akhir sambil menggunakan sarung dan peci hitam.
10. Sistem Kaderisasi yang Hebat
Faktor lain yang menakjubkan diPondok ini adalah sistem kaderisasi. Para santri telah dikondisikan sejak awal agar mampu mengatur dan memimpin dirinya, memimpin teman-temannya, dan memimpin sebuah tim ekskul atau tim bisnis. Proses kaderisasi juga diatur sedemikian rupa sehingga terdapat berbagai istilah seperti santri, ustadz, kader, hingga personal yang mewakafkan diri untuk mengembangkan pondok. Kader yang menwakafkan diri tersebut berarti hingga mati ia akan terus berada di lingkungan pondok dan menyumbangkan segala pengetahuan dan keahliannya demi pengembangan santri dan pondok. Para pemimpin juga seringkali memindah tugaskan santri-santri ke bidang tugas yang berbeda, mulai sebagai pekerja kasar, hingga seorang manajer unit usaha. Dengan sistem ini, Ponpes Darussalam tak perlu khawatir akan kekurangan pemimpin di masa yang akan datang. Yang menarik sistem pengkaderan di Pondok ini memiliki standarisasi yang sama. Proses kaderisasi dilakukan dengan 7 cara, yaitu pendidikan, pengarahan, penugasan, pembinaan, pengecekan, dan beberapa point lagi yang saya lupa.