Kamis, 05 Februari 2015

Ka'bah

Pembaca buletinaflaha yang mulia, saat ini saya tepat berada didepan ka'bah. dekat sekali hanya berjarak 10 meter saja. Posisi saya menghadap Hajar Aswad  berhadapan langsung dengan hajar aswad yang berada di sebelah timur bangunan kabah.

Para pembaca yang budiman, Kabah adalah sebuah bangunan yang selama puluhan tahun hanya bisa saya lihat lewat gambar di sajadah, poster atau  maupun tv saja. Namun sekarang saya berkesempatan berada langsung di depannya. Bahagia sekali rasanya. Juga bangga, takjub, sedih, bahagia, campur baur jadi satu. Rasanya seperti mimpi bisa menatap Kakbah secara langsung dalam jarak yang sangat dekat, bahkan dapat menyentuhnya jika saya menginginkannya.

Pembaca yang mulia, kabah yang dihadapan saya ini kira-kira memiliki tinggi  20 meter dan lebar sekitar 11 meter. Ukuran itu saya perkirakan dari jumlah kotak yang ada pada kain kiswah penutup kabah.

Bentuk bangunannya biasa saja. Tak ada kesan mistis sebagaimana yang sering saya bayangkan selama ini. Bahkan saya yang menatapnyapun awalnya biasa-biasa saja. Namun setelah bertafakur sejenak, masya Allah hati saya bergetar tak karuan. Betapa tidak, bukankah bangunan berbentuk kubus ini adalah bangunan warisan Nabi Ibrahim, ayah dari para nabi yang dititipkan Allah membawa risalah tauhid. Dan bukankah hampir semua Nabi yang bertugas sebaga pembaharu pemikiran manusia melalu kitab suci adalah keturunan langsung dari Nabi ibrahim as ini? Mulai dari Nab Musa dengan Tauratnya, Isa dengan Injilnya dan terakhir Rasulullah Muhammad SAW dengan Al quraannya.

Dan bukankah menuju proses pembangunannya begitu banyak yang dikorbankan oleh Nabi Ibrahim? Mulai dari meninggalkan anaknya, Ismail, yang masih bayi bersama istrinya Siti Hadjar di belantara gurun pasir Mekkah yang sunyi sepi, tanpa kawan atau penjaga demi untuk menaati perintah Allah, lalu melakukan perjalanan dari palestina ke mekah yang sangat jauh, hingga berjuang membangun gurun yang sunyi sepi itu menjadi perkampungan yang ramai penduduknya. Dan ketika telah ramai pendatang di Mekah itu, lalu Nabi Ibrahim diperintahkan untuk mengajak orang kepada risalah Tauhid yang dilanjutkan dengan pembangunan rumah ibadah yang bernama Ka'bah?

Dan bukankah dengan demikian bisa kita katakan bahwa Kabah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim beserta anaknya Ismail  ini adalah tempat peribadatan manusia yang paling tua di muka bumi? Yang tak pernah sepi dari aneka ritual?

Dan bukankah sepeninggal Nabi Ibrahim telah terjadi penyimpangan atas risalah tauhid yang sangat radikal di hampir seluruh muka bumi. Baik di tanah Palestina maupun di jazirah arab. Dimana manusia kembali menjadi penyembah berhala, penyembah materi dan pemuja kekuasaan. Nafsu angkara menjadi orientasi hidup yang membuahkan kekacauan dalam tatanan masyarakat berabad-abad lamanya.
Dan pembaca sekalian, dalam sejarahnya kitapun mengetahui bahwa paska sepeninggalan Ibrahim lalu Kabah pun kemudian berubah fungsi sebagai tempat untuk membelokan risalah tauhid. Kabah berubah menjadi pusat kegiatan ibadah paganisme. Ka'bah bukan lagi dikelola oleh masyarakat yang memegang risalah tauhid sebagaimana yang menjadi misi awal Nabi Ibrahim..

Disinilah kemudian Allah turunkan Rasulullah Muhammad SAW yang berjuang dan berkorban habis-habisan untuk mengembalikan ajaran tauhid di muka bumi. Dan perjuangan itu dimulai dari Kabah ini. Sebuah perjuangan yang tidak biasa, penuh liku, luka dan lara.
Bahkan untuk memperjuangkan risalah tauhid ini ribuan shahabat Rasulullah telah rela berkorban menjadi syuhada di medan perang.

Pembaca yang budman wresetelah pejuangan yang tak kenal lelah selama puluhan tahun, pusat peribadatan tertua dimuka bumi itupun dapat Rasulullah ambil alih dengan penaklukan kota Mekkah yang dramatis.

Kini di Kabah yang tepat berada di depan saya ini tak ada lagi berhala. Yang ada hayalah ukiran indah kalimat tauhid di atas kain kiswah. Tulisan-tulisan di kain kiswah ini kalau dianalogikan di era sekarang mungkin merupakan sebuah ekspresi keberhasilan dari para pejuang Tauhid jaman Rasulullah yang berhasil merebut kembali Baitullah dan mengembalikannya kepada fungsi semula, yaitu sebagai tempat peribadatan untuk mengagungkan Allah Sang Pencipta Alam Semesta, Pemilik segenap jagad raya. Allahuakbar.

Beni S dari Di depan Baitullah, kamis  4 Februari 2015 pukul 14.15 waktu Mekkah/ 18.10 WIB.

Tidak ada komentar: