Sering kali dalam hidup kita merasa kuat,
merasa hebat. Kita sering mengatakan bahwa ini rumahku, ini mobilku, ini kerjaan ku, ini bisnis ku.
Kata-kata itu yang sering muncul dalam benak dan lisan kita.
Termasuk kata-kata ini istriku, ini anakku. Padahal, jangankan mau mengontrol
hati istri, atau mau mengontrol hati teman atau patner bisnis, atau mau
mengontrol hati anak buah, kalau kita seorang bos, memindahkan jerawat di wajah dari kiri
ke kanan saja kita tak bisa. Menahan tumbuhnya uban dirambut pun kita tak bisa.
Menahan tumbuh sariawan kita tak bisa. Menahan kencing dan buang air besar juga
tak bisa, apalagi meminta malaikat menunda mencabut nyawa kita. Semua diluar kontrol kita. Begitu disampaikan Ustadz Luqmanulhakim SE.I, MM, salah satu pimpinan PMMAY, saat ditemui Buletin Aflaha disela-sela kesibukannya.
Ustadz Luqman menambahkan bahwa dalam konteks inilah maka Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamin (PMMAY) mengenalkan jargon We Are Nothing sebagai jargon tauhid. Jargon ini juga menjadi antitesa dari jargon-jargon lain yang muncul, misalnya seperti We Are The Best.
Ustadz Luqman menambahkan bahwa dalam konteks inilah maka Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamin (PMMAY) mengenalkan jargon We Are Nothing sebagai jargon tauhid. Jargon ini juga menjadi antitesa dari jargon-jargon lain yang muncul, misalnya seperti We Are The Best.
Ustadz Luqman menjelaskan
bahwa We are nothing itu sesungguhnya adalah ketika kita
bisa meletakkan diri kita dibawah, selalu merasa diri kurang, tapi bukan dalam
rangka men judge,
melainkan dalam rangka meng “Nol” kan diri, supaya tidak merasa sombong. "Jadi
kita tetap merasa netral, kapan pun, dimana pun. Sehingga dalam kondisi apapun,
kita selalu terkoneksi dengan Allah", kata Ustadz Luqman.
Ustadz Luqman menambahkan bahwa We are nothing itu adalah perasaan dimana ketika kita
bertemu dengan orang yang lebih muda dari kita, maka kita akan mengatakan seperti
ini “Orang ini lebih muda daripada saya, berarti dia lebih baik daripada saya.
Kenapa? Karena saya lebih dulu berbuat maksiat daripada anak muda ini”. Dan
yang kedua, ketika kita bertemu dengan orang yang lebih tua dari kita, kita
akan mengatakan “Orang ini lebih baik dari saya. Kenapa? karena orang ini lebih
dulu beriman dan lebih banyak amal shalehnya daripada saya”.
Dengan demikian dalam kesehariannya kita akan sangat netral. Tak pernah merasa dirinya lebih baik. I’m nothing, saya bukan siapa-siapa", kata Ustadz Luqman.
Dengan kesadaran 'i'm nothing' ini kita akan selalu merasa kecil, selalu merasa hina, selalu merasa nothing. Saat itulah pertolongan Allah jatuh bertumpuk-tumpuk. Pintu langit bukan dibuka, tapi terbuka secara otomatis. Hal ini berdasarkan Al Qur’an Surah Al-A’raf (7) ayat 96 yang terjemahan sebagai berikut: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka kami siksa mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan” ujar Ustadz Luqmanulhakim.
Dengan demikian dalam kesehariannya kita akan sangat netral. Tak pernah merasa dirinya lebih baik. I’m nothing, saya bukan siapa-siapa", kata Ustadz Luqman.
Dengan kesadaran 'i'm nothing' ini kita akan selalu merasa kecil, selalu merasa hina, selalu merasa nothing. Saat itulah pertolongan Allah jatuh bertumpuk-tumpuk. Pintu langit bukan dibuka, tapi terbuka secara otomatis. Hal ini berdasarkan Al Qur’an Surah Al-A’raf (7) ayat 96 yang terjemahan sebagai berikut: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka kami siksa mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan” ujar Ustadz Luqmanulhakim.
"Itulah yang disebut Ulul albab. Dengan we are nothing dia selalu terkoneksi dengan Allah. Selalu apapun yang dia minta, bahkan walaupun hanya terbetik didalam hati, diwujudkan oleh Allah" lanjut Ustadz Luqmanulhakim.
"Kalau We are Nothing, Allah is everything. Allah lah yang bisa bikin kita punya jodoh. Allah lah yang bisa bikin kita punya rejeki. Allah lah yang bisa bikin kita punya anak. Allah lah yang bisa bikin kita punya duit. Allah lah yang bisa bikin kita mulia setelah dihina. Allah lah yang bisa bikin kita naik derajatnya". tutup Ustadz Luqmanulhakim. (waliz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar