Selasa, 06 Januari 2015

We Are Nothing dan Mustajabnya Doa

Sering kali dalam hidup kita merasa kuat, merasa hebat. Kita sering mengatakan bahwa ini rumahku, ini mobilku, ini kerjaan ku, ini bisnis ku. Kata-kata itu  yang sering muncul dalam benak dan lisan kita. Termasuk kata-kata ini istriku, ini anakku. Padahal, jangankan mau mengontrol hati istri, atau mau mengontrol hati teman atau patner bisnis, atau mau mengontrol hati anak buah, kalau kita seorang bos, memindahkan jerawat di wajah dari kiri ke kanan saja kita tak bisa. Menahan tumbuhnya uban dirambut pun kita tak bisa. Menahan tumbuh sariawan kita tak bisa. Menahan kencing dan buang air besar juga tak bisa, apalagi meminta malaikat menunda mencabut nyawa kita. Semua diluar kontrol kita. Begitu disampaikan Ustadz Luqmanulhakim SE.I, MM, salah satu pimpinan PMMAY, saat ditemui Buletin Aflaha disela-sela kesibukannya.

Ustadz Luqman menambahkan bahwa dalam konteks inilah maka Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamin (PMMAY) mengenalkan jargon We Are Nothing sebagai jargon tauhid. Jargon ini juga menjadi antitesa dari jargon-jargon lain yang muncul, misalnya seperti We Are The Best.

Ustadz Luqman menjelaskan bahwa We are nothing itu sesungguhnya adalah ketika kita bisa meletakkan diri kita dibawah, selalu merasa diri kurang, tapi bukan dalam rangka men judge, melainkan dalam rangka meng “Nol” kan diri, supaya tidak merasa sombong. "Jadi kita tetap merasa netral, kapan pun, dimana pun. Sehingga dalam kondisi apapun, kita selalu terkoneksi dengan Allah", kata Ustadz Luqman.

Ustadz Luqman menambahkan bahwa We are nothing itu adalah perasaan dimana ketika kita bertemu dengan orang yang lebih muda dari kita, maka kita akan mengatakan seperti ini “Orang ini lebih muda daripada saya, berarti dia lebih baik daripada saya. Kenapa? Karena saya lebih dulu berbuat maksiat daripada anak muda ini”. Dan yang kedua, ketika kita bertemu dengan orang yang lebih tua dari kita, kita akan mengatakan “Orang ini lebih baik dari saya. Kenapa? karena orang ini lebih dulu beriman dan lebih banyak amal shalehnya daripada saya”.   
Dengan demikian  dalam kesehariannya kita akan sangat netral. Tak pernah merasa dirinya lebih baik. I’m nothing, saya bukan siapa-siapa", kata Ustadz Luqman. 

Dengan kesadaran 'i'm nothing' ini kita akan selalu merasa kecil, selalu merasa hina, selalu merasa nothing. Saat itulah pertolongan Allah jatuh bertumpuk-tumpuk. Pintu langit bukan dibuka, tapi terbuka secara otomatis. Hal ini berdasarkan Al Qur’an Surah Al-A’raf (7) ayat 96 yang terjemahan sebagai berikut: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka kami siksa mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan” ujar Ustadz Luqmanulhakim.

"Itulah yang disebut Ulul albab. Dengan we are nothing dia selalu terkoneksi dengan Allah. Selalu apapun yang dia minta, bahkan walaupun hanya terbetik didalam hati, diwujudkan oleh Allah" lanjut Ustadz Luqmanulhakim.

"Kalau We are Nothing, Allah is everything. Allah lah yang bisa bikin kita punya jodoh. Allah lah yang bisa bikin kita punya rejeki. Allah lah yang bisa bikin kita punya anak. Allah lah yang bisa bikin kita punya duit. Allah lah yang bisa bikin kita mulia setelah dihina. Allah lah yang bisa bikin kita naik derajatnya". tutup Ustadz Luqmanulhakim. (waliz)

Tidak ada komentar: