Minggu, 28 Desember 2014

Sakinah Azzahra Salsabil, Hafiz Cilik PAS Aulaadul Yamin


Hafiz Cilik Dilatih Sejak Dalam Rahim

Decak kagum sering terlontar tatkala menyaksikan anak usia dini begitu fasih menghafal ayat-ayat Alquran di luar kepala. Pengetesan dibolak-balik, diputus untuk dilanjutkan, diminta penyebutan nama surah atau ayatnya, mereka tetap saja bisa tahu dan lancar melafadzkannya. Sebanyak 30 juz dilahap habis dan dikuasai. Luar biasa…!

Diantara kita mungkin banyak yang sudah tahu tentang sosok cilik, Musa, asal Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung yang hafal Alquran. Muhammad Gozy Basayev dari Makassar dan dari provinsi lainnya. Demikian pula dari luar negeri ada Syarifuddin Kahalifah asal Afrika Timur yang hafal Alquran pada usia 1,5 Tahun.
Kemudian Abdurrahman Farih dari Aljazair yang menghafal ayat suci tersebut pada usia 3 tahun, Rukkayatu Fatahu Umar asal Nigeria, Tabarak Labudi dari Saudi Arabia, Sayyid Muhammad Husein Tabataba’I asal Iran, Mu’adz asal Mesir dan masih banyak lagi yang belum terkspose.
Bagaimana dengan bocah-bocah di Kalbar, khususnya Kota Pontianak? Ternyata sudah banyak. Misalnya saja Rizalul Hakim, seorang bocah yatim piatu yang dalam waktu 4 bulan berhasil menjadi seorang hafiz. Bibit-bibit barupun bermunculan secara bertahap mulai dari yang hafal 1 hingga 2 juz, hingga 20 juz dan ada yang sudah mendekati hafal 30 juz.
Di Pontianak, pondok-pondok pesantren maupun Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK) Islam telah banyak yang mengembangkan program hafalan Alquran. Sebut saja salah satunya Kelompok Bermain dan TK Islam Aulaadul Yamin di Jalan Parit H Husin 2 Komplek Alex Griya Permai I. Cabang Pesantren Anak Shaleh (PAS) Gontor Ponorogo ini mulai menelurkan para penghafal Alquran.
sakinah Azzahrah bersama Sang Ayah 
Sakinah Azzahra Salsabila, siswi TK tersebut telah berhasil menghafal sebanyak 2 juz. Anak dari pasangan Dedy dan Nelindrawati yang masih berusia 5 tahun ini mahir menyambung ayat saat Buletin Aflaha mengunjunginya di Komplek Pondok Modern Munzalan Mubarakan 2 Sungai Raya Dalam, Kamis (17/9/2014).
Ditemani orangtuanya, Azzahra seperti halnya anak-anak pada umumnya asyik bermain. Bedanya ia lebih cepat merespons ketika diminta diajak untuk mengaji. “Kebiasaan menghafal Alquran sudah ditanamkan sejak dini. Mula-mula diperdengarkan melalui murottal dari perangkat MP3 handphone,” ujar Dedy, ayah Azzahra.
Selanjutnya, pemilik sapaan Ara ini belajar huruf hijaiyah dan mengerti membaca Alquran. Tetapi yang lebih sering dan cepat diserap melalui murottal. “Saya menargetkan pada usia 10 tahun sudah hafiz 30 juz,” ujar Dedy.
Tidak semua anak-anak memang bisa menjalani program ini. Bukan saja faktor bakat dan kebiasaan. Melainkan pola pendidikan sejak dalam kandungan. Ibu Azzahra yakni Nelindrawati ketika mengandung anak pertamanya itu sering mengaji. Bahkan selalu berdoa agar anaknya bisa menjadi seorang penghafal Alquran.
“Saya saat hamil berkawan dengan Ibu Nunung Harjani Hefni yang anaknya hafal 6 juz. Sejak itulah semakin menginginkan anak ketika lahir bisa menjadi hafiz,” tutur Nelindrawati kepada Aflaha.
Kalau dilihat dari turunan, kata Nelindrawati, dirinya dan suami tidak ada yang hafal Alquran. “Kalau saya juzzama saja tidak hafal, tetapi ayahnya (Dedy, red) memang rajin dan cepat hafal,” kata dia.
Kedua pasangan suami istri ini begitu telaten mendidik tiga anaknya. Dedy bekerja sebagai petani di dekat rumahnya di Parit Tembakol, Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Sesibuk apapun bekerja, Dedy tidak pernah melewatkan memberikan pengajaran khusus kepada Azzahra yang mulai intensif menghafal sejak Maret 2014.
Diawali dengan pemberian zakat dari seseorang bernama Sugi kepada keluarga Dedy. Dari zakat itu diantaranya dipakai membeli Alquran. “Azzahra semakin rajin mengaji dengan kemauannya sendiri,” kata Iin, pemilik sapaan Nelindrawati.
Menurut Iin, ia dan suaminya semangat dalam mengajar anak-anaknya mengaji disamping pendidikan formal yang diberikan di TK Islam Aulaadul Yamin. Azzahra setiap hari diantar masuk TK secara bergiliran, kadang ayahnyayang mengantar, dan terkadang ibunya. Kemampuan hafalan Azzahra sekarang sudah semakin cepat. “Surat surat panjang dan doa-doa sudah dihafalnya,” kata Iin.
Orangtua memang sibuk, namun sebetulnya banyak cara bisa dilakukan dalam membina rumahtangga dan anak-anaknya. Mimi Haetami misalnya. Dosen Penjaskes di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untan ini baru sebulan membawa istri dan dua orang anaknya dari Bandung untuk bermukim di Pontianak.
Sebelumnya, karena tuntutan tugas, maka lebih banyak meninggalkan keluarganya. Namun untuk urusan hafalan Alquran putri pertamanya, Malika Ghaniyya Albhantani, tidak pernah terputus. Sarana komunikasi melalui handphone dimanfaatkan untuk melakukan test hafalan kepada anaknya ketika dirinya berada di Pontianak dan anaknya berada di Bandung. Alhasil, Malika yang baru berusia 4 tahun sudah menghafal 3 juz.
“Setelah salat maghrib biasanya saya menelepon Malika untuk menanyakan progress hafalan sekaligus mengetes. Alhamdulillah sekarang kami sudah berkumpul di Pontianak dan lebih leluasa memberikan pengajaran dan pendidikan Alquran kepada anak-anak,” kata Mimi.
Beberapa tips agar anak menjadi hafiz dapat ditempuh seperti cara yang dipraktikkan Abu Musa (orang tua hafiz cilik Indonesia, Musa) antara lain dimulai dari memilih istri/calon ibu yang shalihah, bersabar, disiplin dalam membagi waktu, selalu memberikan penghargaan atas kelebihan atau prestasi anak, banyak berdoa pada Allah, dan menjaganya dari konsumsi makanan yang haram. (rdo/tim Aflaha)

Tidak ada komentar: