Hafiz Cilik Dilatih Sejak Dalam Rahim
Decak kagum sering terlontar tatkala menyaksikan anak
usia dini begitu fasih menghafal ayat-ayat Alquran di luar kepala. Pengetesan
dibolak-balik, diputus untuk dilanjutkan, diminta penyebutan nama surah atau
ayatnya, mereka tetap saja bisa tahu dan lancar melafadzkannya. Sebanyak 30 juz
dilahap habis dan dikuasai. Luar biasa…!
Diantara kita mungkin banyak yang sudah tahu tentang sosok
cilik, Musa, asal Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung yang hafal Alquran. Muhammad
Gozy Basayev dari Makassar dan dari provinsi lainnya. Demikian pula dari luar
negeri ada Syarifuddin Kahalifah asal Afrika Timur yang hafal Alquran pada usia
1,5 Tahun.
Kemudian Abdurrahman Farih dari Aljazair yang menghafal ayat
suci tersebut pada usia 3 tahun, Rukkayatu Fatahu Umar asal Nigeria, Tabarak
Labudi dari Saudi Arabia, Sayyid Muhammad Husein Tabataba’I asal Iran, Mu’adz asal
Mesir dan masih banyak lagi yang belum terkspose.
Bagaimana dengan bocah-bocah di Kalbar, khususnya Kota
Pontianak? Ternyata sudah banyak. Misalnya saja Rizalul Hakim, seorang bocah
yatim piatu yang dalam waktu 4 bulan berhasil menjadi seorang hafiz.
Bibit-bibit barupun bermunculan secara bertahap mulai dari yang hafal 1 hingga
2 juz, hingga 20 juz dan ada yang sudah mendekati hafal 30 juz.
Di Pontianak, pondok-pondok pesantren maupun Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK) Islam telah banyak yang
mengembangkan program hafalan Alquran. Sebut saja salah satunya Kelompok
Bermain dan TK Islam Aulaadul Yamin di Jalan Parit H Husin 2 Komplek Alex Griya
Permai I. Cabang Pesantren Anak Shaleh (PAS) Gontor Ponorogo ini mulai
menelurkan para penghafal Alquran.
sakinah Azzahrah bersama Sang Ayah |
Sakinah Azzahra Salsabila, siswi TK tersebut telah berhasil
menghafal sebanyak 2 juz. Anak dari pasangan Dedy dan Nelindrawati yang masih
berusia 5 tahun ini mahir menyambung ayat saat Buletin Aflaha mengunjunginya di
Komplek Pondok Modern Munzalan Mubarakan 2 Sungai Raya Dalam, Kamis (17/9/2014).
Ditemani orangtuanya, Azzahra seperti halnya anak-anak pada
umumnya asyik bermain. Bedanya ia lebih cepat merespons ketika diminta diajak
untuk mengaji. “Kebiasaan menghafal Alquran sudah ditanamkan sejak dini.
Mula-mula diperdengarkan melalui murottal dari perangkat MP3 handphone,” ujar
Dedy, ayah Azzahra.
Selanjutnya, pemilik sapaan Ara ini belajar huruf hijaiyah
dan mengerti membaca Alquran. Tetapi yang lebih sering dan cepat diserap
melalui murottal. “Saya menargetkan pada usia 10 tahun sudah hafiz 30 juz,”
ujar Dedy.
Tidak semua anak-anak memang bisa menjalani program ini.
Bukan saja faktor bakat dan kebiasaan. Melainkan pola pendidikan sejak dalam
kandungan. Ibu Azzahra yakni Nelindrawati ketika mengandung anak pertamanya itu
sering mengaji. Bahkan selalu berdoa agar anaknya bisa menjadi seorang
penghafal Alquran.
“Saya saat hamil berkawan dengan Ibu Nunung Harjani Hefni
yang anaknya hafal 6 juz. Sejak itulah semakin menginginkan anak ketika lahir
bisa menjadi hafiz,” tutur Nelindrawati kepada Aflaha.
Kalau dilihat dari turunan, kata Nelindrawati, dirinya dan
suami tidak ada yang hafal Alquran. “Kalau saya juzzama saja tidak hafal,
tetapi ayahnya (Dedy, red) memang rajin dan cepat hafal,” kata dia.
Kedua pasangan suami istri ini begitu telaten mendidik tiga
anaknya. Dedy bekerja sebagai petani di dekat rumahnya di Parit Tembakol,
Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Sesibuk apapun
bekerja, Dedy tidak pernah melewatkan memberikan pengajaran khusus kepada Azzahra
yang mulai intensif menghafal sejak Maret 2014.
Diawali dengan pemberian zakat dari seseorang bernama Sugi
kepada keluarga Dedy. Dari zakat itu diantaranya dipakai membeli Alquran.
“Azzahra semakin rajin mengaji dengan kemauannya sendiri,” kata Iin, pemilik
sapaan Nelindrawati.
Menurut Iin, ia dan suaminya semangat dalam mengajar
anak-anaknya mengaji disamping pendidikan formal yang diberikan di TK Islam
Aulaadul Yamin. Azzahra setiap hari diantar masuk TK secara bergiliran, kadang
ayahnyayang mengantar, dan terkadang ibunya. Kemampuan hafalan Azzahra sekarang
sudah semakin cepat. “Surat surat panjang dan doa-doa sudah dihafalnya,” kata
Iin.
Orangtua memang sibuk, namun sebetulnya banyak cara bisa
dilakukan dalam membina rumahtangga dan anak-anaknya. Mimi Haetami misalnya.
Dosen Penjaskes di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untan ini baru
sebulan membawa istri dan dua orang anaknya dari Bandung untuk bermukim di
Pontianak.
Sebelumnya, karena tuntutan tugas, maka lebih banyak
meninggalkan keluarganya. Namun untuk urusan hafalan Alquran putri pertamanya,
Malika Ghaniyya Albhantani, tidak pernah terputus. Sarana komunikasi melalui
handphone dimanfaatkan untuk melakukan test hafalan kepada anaknya ketika
dirinya berada di Pontianak dan anaknya berada di Bandung. Alhasil, Malika yang
baru berusia 4 tahun sudah menghafal 3 juz.
“Setelah salat maghrib biasanya saya menelepon Malika untuk
menanyakan progress hafalan sekaligus mengetes. Alhamdulillah sekarang kami
sudah berkumpul di Pontianak dan lebih leluasa memberikan pengajaran dan
pendidikan Alquran kepada anak-anak,” kata Mimi.
Beberapa tips agar anak menjadi hafiz dapat ditempuh seperti
cara yang dipraktikkan Abu Musa (orang tua hafiz cilik Indonesia, Musa) antara
lain dimulai dari memilih istri/calon ibu yang shalihah, bersabar, disiplin
dalam membagi waktu, selalu memberikan penghargaan atas kelebihan atau prestasi
anak, banyak berdoa pada Allah, dan menjaganya dari konsumsi makanan yang haram.
(rdo/tim Aflaha)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar