Jumat, 06 Februari 2015

Pasukan Ka'bah

Rukun Yamani adalah sebuah sudut bangunan Ka'bah yang menghadap ke arah Selatan. Disebut Yamani karena sudut ini berada di sebelah kanan ka'bah. Jadi kalau ada istilah Ashabul Yamin di Alquraan yang berarti orang-orang yang menerima catatan ibadah dengan tangan kanan, maka sepertinya yamani dan yamin itu berasal dari akar kata yang sama. Saya juga gak tau persis karena baru masuk satu kali kelas kursus bahasa arab yang diasuh oleh ustadz Qodja, manajer masjid Kapal Ampera,hihii.
Rukun Yamani menurut cerita adalah sebuah batu yang istimewa.
Keistimewaannya bisa di baca di situs ini:  http://arminarekaperdanasby.blogspot.com/2011/12/rukun-yamani-tempat-mustajab-di.html?m=1

Sudut pada Rukun Yamani ini tidak ditutupi oleh kain kiswah. Artinya dari dua sudut yang dimiliki oleh ka'bah, ada dua yang tertutup dan dua yang terbuka. Nah, sudut ini pula yang selalu diperebutkan jamaah untuk dipegang atau diusap. Saya sendiri dua kali mengusap sudut yamani ini. Saya juga pernah melihat beberpa orang penting Masjidil Haram memegang dan mengusap batu di sudut itu.

Selain sebuah sudut yang sering diperebutkan jamaah ubtuk disentuh, Rukun Yamani juga menjadi salah satu spot berdoa yang paling diperebutkan oleh jamaah.Menurut sabda Rasulullah, jika berdoa di sudut antara Yamani dan Multazam, insyaAllah akan terkabul.

Nah, Alhamdulillah walaupun tak direncanakan subuh jumat tadi saya berhasil shalat tepat dihadapan sudut Yamani ini, bersama Saifuddin pengurus Masjid Kapal Serdam.

Awalnya, sekitar pukul 4 subuh secara tak sengaja kami berjumpa di tengah ribuan orang yang ingin bertawaf di Ka'bah. Rupanya kami memiliki niat yang sama untuk bertawaf memutari ka'bah. Waktu shalat subuh masih dua jam lagi, sehingga masih sangat memungkinkan menyelesaiakan 7 putaran tawaf. Oleh karena itu kami pun melakukan tawaf berdua. Saya di depan, sedangkan Udin di belakang saya.

Waktu yang normal untuk menyelesaikan tawaf adalah sekitar 1 jam. Namun, karena jamaah tawaf sangat padat karena bertepatan dengan hari Jumag, akhirnya kami baru dapat menyelesaikan tawaf pukul 05.15.

Baru saja selesai,  berkumandanglah azan memenuhi komplek Masjidil Haram yang sangat luas itu. Azan yang dikumandangkan ini bukanlah azan sholat subuh. Tapi azan untuk memanggil jamaah agar datang ke Masjid. Azan pertama ini selalu dikumandangkan setengah jam menjelang azan shalat subuh.
Nah, karena mendengar azan, kamipun melakukan rembuk singkat.

Hasil rembukan nasional itu memutuskan untuk menunggu pelaksanaan shalat subuh sambil mengitari Ka'bah. Harapannya adalah dapat melaksanakan shalat di shaf depan tepat menghadap bangunan setinggi 20 meter itu.

Sewaktu masih mengitari Ka'bah Azan shubuhpun bergema. Dan syukurnya posisi kami berada tepat di sudut Rukun Yamani. Posisinya juga sangat mantap untuk tipe kami yang tak seperti beberapa orang asing yang ngotot dalam beribadah bahkan dengan cara main serobot dan main sikut segala. Yaitu di shaf  kedua. Udin yang berperawakan kecil berada di sebelah kiri saya. Sedang disebelah saya ada orang arab semi Eropa yang mungkin orang Turki atau Jordan yang berbadan besar.

Saya pribadi awalnya sangat pesimis dapat mempertahankan posisi ini dengan aman. Karena masih ada ribuan orang yang berdesak-desakan untuk melaksanakan thawaf, atau mendorong tubuh kami untuk mendatangi rukun Yamani.
Nah tak tau ide dari siapa, tiba-tiba ada aba-aba untuk saling berpegangan tangan dengan posisi siku tangan saling menyilang. Ide ini cukup cerdas untuk mempertahankan desakan ribuan manusia.

Kalau sendiri mempertahankan posisi strategis ini dijamin masih penyet dan terlempar jauh ke luar dalam waktu singkat.

Kamipun saling bersilangan tangan dengan sangat erat dan tegap sambil menghadap ka'bah. 

Wah saya merasa surprise sekali merasakan sensasi seperti melakukan aksi untuk menerobos pagar betis polisi atau tentara di aksi demonstrasi mahasiswa era 98-an.
Saat sensasi itu muncul, tiba-tiba muncul sensasi lain. Saya merasa menjadi penjaga keamanan paling depan bangunan yang menjadi simbol persatuan tertinggi umat Islam dunia itu. Sebagai penjaga saya merasa mendapat kehormatan yang sangat besar. Dalam hati, saya berpikir, "Ya Allah jika nanti ada sekelompok orang kafir yang ingin merebut atau merusak rumahMu ini, maka aku pasti rela mati mempertahankannya Ya Allah", batin saya sambil berdiri sangat tegap bagaikan Pasukan Khusus Penjaga Ka'bah yang siap mati.

Lalu mendadak sayapun nangis sesenggukan, kayak anak kecil gitu. Hihii jadi malu.

Sayapun melihat udin nagis juga tapi tak tau apa yang bisa rasakan. Bisa jadi ia juga merasa sebagai pasukan khusus penjaga Ka'bah sebagaimana yang saya rasakan. Wallahualam.

Tidak ada komentar: