Selepas shalat shubuh di Masjidil Haram, biasanya saya mengisi aktivitas pagi dengan berjalan-jalan di sekitar komplek Masjidil Haram atau menulis. Tadi pagi badan terasa nyeri semua.Khususnya di setiap persendian. Kalau di Indonesia setau saya kondisi nyeri sendi ini adalah prakondisi dari serangan flu. Oleh karena itu saya lebih memilih menulis daripada hiking di sekitar komplek Masjid raksasa, Masjid Haram Al Mukarramah.
Tema tulisannya masih di seputaran Ka'bah, Kota Mekah dan jejak perjuangan Rasulullah.
Salah satu tulisan yang bisa saya selesaikan adalah sebuah artikel yang berjudul Ka'bah Pusat Peradaban Tertua di Dunia. Sebenarnya ada satu tulisan lagi yang berhasil saya buat.Namun, belum saya edit.
Karena badan nyeri dan mata ngantuk. Oleh karena itu sayapun menututup hp saya dan bergegas menuju kamar hotel. Niatnya pingin tidur.
Saat akan menuju kamar hotel ini ternyata ada Ustadz Luqman, Bang Nur Hasan dan beberapa rekan pengurus pondok yang sedang ngobrol di lobby hotel.
Seperti biasa kalau jumpa bertiga pastilah kami akan terlibat diskusi yang panjang. Sayapun menyodorkan artikel tentang Ka'bah pusat peradaban tertua di dunia itu kepada Ustadz Luqman. Sebuah pengajuan tak langsung tema obrolan. Niat awalnya sebenarnya untuk meminta koreksi dari Ustadz Luqman karena ada satu paragraf yang memuat gagasan beliau dan siapa tau ada tambahan ide atas tulisan yang saya buat.
Tak disangka tulisan itu ternyata menjadi tema diskusi yang panjang bagi kami bertiga. Dimulai dari ustadz Luqman yang mengatakan bahwa dialog antara Ibrahim dan Istrinya sebagaimana yang saya imaginasikan dalam tulisan itu ternyata ada dalam Alquran.
Ia pun membuka Al quran lalu membacakan ayat-ayat tentang dialog Ibrahim dan Siti Hajar, ketaatan Ibrahim kepada Perintah Allah, serta misi yang diemban oleh Nabi Ibrahim. Ayat-ayat yang terletak pada aneka surat yang letaknya menyebar itu ia bacakan satu persatu. Saya begitu takjub dengan ayat-ayat itu, bahwa beberapa hipotesis dan tesis yang saya lakukan hanya berbasis analisis sosial itu ternyata telah ada dalam Alquran. MasyaAllah!
Pendek cerita, pada akhirnya kami sepakat bahwa Nabi Ibrahim itu adalah Nabi yang sangat visioner, cerdas, nekad dan juga sangat keras. Ia berani membawa Istri dan anaknya Nabi Ismail dari Palestina ke daerah Mekah yang saat itu tak berpenduduk demi untuk menjalankan perintah Allah yaitu membangun fondasi risalah tauhid universal di luar tanah palestina. Menurut bang Nurhasan jarak Palestina mekah sekitar 1000 KM. Sebuah jarak yang sangatlah jauh.
Lalu ustadz Luqman menambahkan bahwa sejauh yang ia pahami Nabi Ibrahim pergi ke Mekah dan balik lagi ke Palestina dengan berjalan kaki.
"Tak ada googlemap lho saat itu", kelakar ustadz Luqman. Kami tertawa, setelah itu bengong lagi.
"Iya ya...nekad betul Nabi Ibrahim ini. Tentulah misi yang diembannya yang ia dapatkan dari Allah bukan misi yang main-main. Bayangkan sudahlah berjalan kaki 2000 km, bayinya ia tinggal lagi hanya dengan Siti Hajar", begitu suara bathin saya.
Kamipun menyampaikan berbagai berbagai pendapat tentang kebijakan Nabi Ibrahim ini, merekonstruksi peristiwanya, bahkan membayangkan diaolog-dialog dramatik yang mungkin terjadi.Hasilnya adalah sebuah kesimpulan yang sangat menggetarkan.
Pertama, benarlah bahwa Nabi Ibrahim adalah sosok individu yang sangat istimewa.saking istimewanya hanya Nabi Ibrahim dan keluarganya saja yang selalu didoakan oleh bermilyar muslim di dunia setiap melaksanakan shalat 5 waktu. Keistimewaannya terletak kepada ketaatannya yang sangat luar biasa kepada perintah super berat dari Allah. Perintah superberatbitu karena jangka waktunya yang sangat panjang yang mungkin berdurasi ratusan tahun kedepan, yaitu menyiapkan risalah tauhid yang sempurna yang berlaku untuk ummat manusia secara universal. Bukan sekedar untuk sekelompok manusia secara parsial. Jalan yang beliau tempuh sungguhlah luar biasa yaitu menyiapkan munculnya generasi terbaik yang lahir dari seorang individu yang terbaik pula di lingkungan yang sama sekaki baru. Untuk menjadi yang terbaik itu Nabi Ibrahim berkorban dengan membawa keluaga kecilnya berhijrah ribuan kilometer jauhnya.Nabi Ibrahimpun men-coaching secara intensif individu Ismail menjadi sosok individu yang penuh kesabaran dan ketaatan. Coaching itu dilakukan dengan melibatkan Ismail dalam setiap proses yang sangat berat, seperti mengajak orok ismail menempuh perjalanan ribuan kilometer, melibatkan ismail dalam setiap aktivitas, seperti perniagaan, membangun Ka'bah, membangun aneka tradisi peribadatan baru untuk menyembah Sang Maha Pencipta , hingga melakukan pengorbanan-pengorbanan dramatis untuk membuktikan ketaatan kepada Allah Ta'ala. Hebat betul hubungan antara sosok Ayah dan Anak seperti itu. Wajarlah kiranya dari keturunan Ismail ini muncul seorang laki-laki super Agung pembawa risalah Tauhid yang mampu merubah wajah peradaban dunia, beberpa ratus tahun kemudian. Dialah Muhammad Rasulullah SAW.
Disinilah letak isimewanya Nabi Ibrahim.
Kedua, sepertinya sosok nabi Ibrahim telah menjadi inspirasi utama bagi Rasulullah untuk membangun peradaban dunia.tentu semua karena petunjuk dari Allah. Dan tentu saja inspirasi itu adalahbinspirasi yang bersifat proses materialis. Hijrah Rasulullah ke Madinah misalnya bisa jadi detail tekhnisnha beliau pelajari dari hijrah Ibrahim dari Palestina ke Kota Mekah. Sedangkan perintah umumnya tentu dilakukan atas bimbingan langsung dari Allah melalui malaikat jibril.
Hasil kesimpulan diskusi ini akhirnya melahirkan sebuah resolusi bagi tema dakwah baru bagi PMMAY nantinya. Yaitu kami berkomitment akan mengajak para ayah muda yang memiliki anak agar dapat turun langsung membimbing anaknya agar dapat menjadi seorang muslim yang berkualitas. Proses bimbingan itu harus dilakukan setiap hari sejak anak masih kecil hingga dewasa dengan melibatkannya dalam setiap proses yang selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam. Kami bertiga kemudian sepakat menamakan kesimpulan ini dengan nama Resolusi Mekah.
Kami menutup diskusi itu dengan berdoa bertiga dengan pipi yang basah oleh linangan air mata. Sebuah doa yang dipanjatkan atas kesadaran tentang betapa pentingnya tanggung jawab seorang ayah untuk menyiapkan anak cucu dan generasinya menjadi generasi yang tetap memegang teguh risalah tauhid dan berketetapan hati untuk menjalankan ajaran Islam secara menyeluruh.
Beni, Kota Mekah, 7 Februari 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar