Minggu, 08 Februari 2015

Selamat Tinggal Ka'bah

Wahai Ka'bah sebentar lagi aku akan meninggalkanmu. Kembali ke tanah kelahiranku yang berjarak begitu jauh darimu.

Wahai Ka'bah kau hanyalah seonggok batu tua yang tak bersuara dan tak bernyawa. Tapi darimulah jejak beribu tahun dapat kurasakan. Tapi darimulah deru semangat juang para manusia pendahulu pilihan Allah dapat kuresapi.

Wahai ka'bah tak tau mengapa sedih hati menyelimuti detik demi detik ku hari ini.

Padahal engkau hanyalah seonggok batu tua hitam yang tak bersuara
dan tak juga bernyawa.

Wahai ka'bah aku berjanji shiluet hikmah yang telah engkau hadirkan selama perjumpaan singkat ini akan kupertahankan sampai mati. Akan ku sampaikan pula pesan bijak masa lalumu kepada anak cucu keturunanku kelak.

tentang begitu pentingnya untuk berjuang dan terus berjuang demi tegaknya kalimat tauhid di muka bumi.

tentang begitu pentingnya menghujamkan kesadaran tentang keberadaan Sang Khaliq hingga ke dasar samudera jiwa yang paling dalam.

tentang untuk jangan mudah goyah dengan tipu daya manusia,

tentang untuk jangan pernah buta oleh tipu daya harta.

Dan pesan tentang
kebahagian sejati didunia itu adalah menjadi seorang budak bagi Penguasa Alam Semesta.

Beni, Multazam Ka'bah Masjidil Haram, 8 Februari 2015

Tidak ada komentar: