Kamis, 12 Februari 2015

Shlat Umar bin Khatab

Umar bin Khatab adalah salah satu dari skian banyak Shabat Rasulullah yang istimewa. Tak heran jika Umar bin Khatab dikebumikan berdampingan dengan Rasulullah bersama Abu Bakar.
Salah satu keistimewaan Umar Bin Khatab adalah kegemarannya menegakan shalat.

Diceritakan Ustadz Luqman tentang bagaimana Umar bin Khatab bahkan dapat terus melaksanakan shalat walaupun ketika beliau meregang nayawa karena ditusuk oleh orang munafik saat melaksanakan shalat.

Suatu saat Umar bin Khatab sedang shalat tiba-tiba ia ditusuk oleh orang tidak dikenal dari belakang. Ia di tusuk dengan sangat kejam, menggunakan pisau bermata tiga yang telah dilumuri racun.

Umar bin Khatab saat itu, kata Ustadz Luqman langsung jatuh terkapar di atas sajadahnya. Ia tak sadarkan diri. Para sahabatnya berupaya untuk membangunkannya tapi tak ada yang berhasil. Hingga datanglah Aisah, putrinya yang juga Istri Rasulullah. "
Hai bukan gitu cara membangunkan beliau. Salah kalian!", ujar Aisyah dengan mata sembab karena sedih luar biasa.
 "Begini caranya", kata Aisyah sembari mengangkat kedua tangan ke depan telinga.

"Haiyya 'alassholaaah, Haiyya 'alaisholaah!" Teriak Aisyah dengan suara bergetar.
Seketika Umar bin Khatab pun bangun, mengangkat takbir meyelesaikan sisa rakaat shalatnya lalu jatuh terjerembab kembali dan tak bangun untuk selama-lamanya.
Begitu cerita ustadz Luqman kepada kami dalam sebuah perjalanan di Madinah.

Cerita itu saya putar ulang saat bertafakur di Masjid Nabawi sembari memandangi makam Khalifah paling cerdas dan paling tegas itu.

Senin, 09 Februari 2015

Obat kuat Shalat

Saya ingin berbagi tips cara agar Allah lipat gandakan energi kita melaksanakan shalat. Tips ini saya dapatkan sewaktu tafakur dan i'tikaf di Masjid Nabawi. Jangan berpikir mendapatkannya tips ini dengan cara bermimpi atau tiba-tiba didatangi pria tua bersurban dan berjenggot tebal lalu memberikan tips ini kepada saya. Hihii... itu sih hanya ada di film-film Jaka Sembung atau si Buta dari Gua Hantu.

Saya mendapatkannya dengan cara mikir dengan rendah hati sembari memohon petunjuk dari Allah. Lalu hasil pemikiran itu saya praktekan. Setelah berhasil beberapa kali barulah diterapkan seterusnya untuk diri sendiri.

Jadi begini dasar pemikirannya. Pernahkah kita mendengar riwayat bahwa Rasulullah itu kalau shalat sunnah bisa lama banget. Dengkulnya sampe lecet-lecet. Rasulullah kalau shalat itu juga penuh dengan perasaan. Tak jarang dalam shalat pipi dan janggutnya basah oleh tetesan air mata.
Kita juga mungkin pernah mendengar kisah tentang shalatnya para Shabat Rasulullah, Umar bin Khatab yang tetap mampu menyelesaikan shalat walaupun sedang meregang nyawa karena di tusuk menggunakan pisau berlumur racun.

Nah bayangkan saja luka aja tak terasa saat melaksanakan shalat. Masak lelah sedikit saja di bagian pinggang lantas kita jadi malas untuk shalat. Begitu kira-kira kata saya dalam hati.

"Tapi, kok bisa gitu yah?", tanya saya.

Dari sinilah muncul tips sederhana agar kita lebih kuat dalam melaksanakan shalat sunnah.
Tipsnya berbasiskan konsep yang sangat sederhana, yaitu ikhlas. Ikhlas ini mudah menyebutnya tapi sangat sulit melaksanakannya. Ikhlas yang paling ekstrem itu adalah ketika kita melaksanakan sesuatu kebaikan untuk orang lain, sementara orang itu tak tau sama sekali dengan apa yang kita lakukan dan kitapun tak punya kepentingan sedikitpun untuk meminta balasan berupa apapun dari dirinya. Bahkan orang itu tak perlu tau bahwa kita itu melakukan sesuatu kebaikan untuknya.
Hayyo beratkan?

Tapi konsep yang berat itu ternyata sebuah obat kuat shalat yang sangat mujarab. Oke, lalu tipsnya gimana? Itu kan masih teori?

Oke ga perlu tips. langsung praktek aja. Sekarang listing secara sistimatik keluarga yang kita cintai. Pertama ayah kita, lalu ibu kita, istri kita, anak pertama, anak kedua, lalu seseorang yang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan kita.

Berdoalah dengan sungguh-sungguh untuk kebaikannya. Satu-satu jangan keseluruhan. Satu orang, satu doa.  Dan sebelum berdoa, shalatlah terlebih dahulu 2 rakaat. Niatkan shalat hajat, agar doa yang kita panjatkan cepat terkabul. Lakukan dengan rasa sayang yah....

Kalau sudah selesai sms saya berapa rakaat shalat yang sudah Anda tegakan.

Beni, jelang Dzuhur, Multazam, Ka'bah. 9 Ferbruari 2015.

Minggu, 08 Februari 2015

Proposal Doa di Baitullah

Semua orang tahu bahwa berdoa di depan Baitullah itu sangat mustajab. Selain keterangan dari Al Quran dan hadist, banyak penelitian ilmiah yang memperkuat argumen mustajabnya doa di depan tumpukan batu tua ajaib ini.

Oleh karena itu sangat sayang jika momentum umroh di Baitullah ini tak saya gunakan untuk menyampaikan harapan kepada Allah.

Saya pribadi meyakini penyampaian doa atau harapan di Baitullah ini akan lebih cepat sampainya kepada Pengambil Kebijakan Alam Semesta. Masalah dikabulkan atau tidak, tentu saja itu bukan urusan kita. Itu urusan Allah, karena hanya Allahlah yang mampu mempertimbangkan aneka faktor yang maharumit agar doa yang dipanjatkan itu dapat membuahkan kebaikan untuk kita, untuk manusia yang lain dan untuk masa depan semesta raya. Tapi logikanya, makin cepat sampaikan akan makin cepat di "periksa". Dan kalau sudah diperiksa, maka proses selanjutnya tinggal menunggu saja kapan doa nya akan dikabulkan.

Saya juga meyakini ada cara agar propsal doa yang telah sampai itu lebih mendapatkan perhatian, lebih cepat "diperiksa" dan lebih cepat "diputuskan" oleh Allah. Salah satunya adalah kontent proposal harus spesifik dan detail. Oleh karena itu jika kita ingin meminta tambahan rezeki rasanya terlalu umum jika panjatan doanya hanya seperti ini: Ya Allah berikanlah tambahan rezeki kepada kami.
Doa seperti ini menurut saya kurang spesifik. Mestinya kita sebutkan rezeki berupua apa, ilmu? Kesehatan? Sahabat yang baik? Atau Uang? Kalau uang berapa jumlahnya, kapan dan untuk apa.

Tekhnik berdoa secara detail seperti ini sudah saya buktikan beberapa kali kemanjurannya. Termasuklah saat meminta tambahan kekurangan dana untuk berangkat umroh yang ternyata Allah ijabah sehari sebelum keberangkatan dengan jumlah yang hampir pas. Hampir itu bukan lebih kecil tapi justru lebuh besar. Alhamdulillah.

Nah, saat pertama kali melihat Baitullah saya belum mampu memanjatkan doa. Siapa sih yang tak mau berdoa agar rezeki bertambah, diberikan ilmu yang bermanfaat, keluarga yang bahagia? Iya saya sendiri pastilah akan memanjatkan doa semacam itu di spot yang mustajab ini. Tapi di awal-awal tiba di hadapan ka'bah saya merasa belum tergerak untuk menyampaikan proposal. Seharian kerjaan saya hanya memandang tumpukan batu berkiswah itu, lalu mereka-reka kira-kira apa tujuan Allah menyuruh Ibrahim dan ismail membangunnya dan menyuruh Rasulullah untuk merebut dan menajaganya.

Hari kedua dorongan untuk mengajukan doa mulai muncul tapi saya belum sanggup menyampaikannya. Tapi sayang juga jika tak menyampaikan doa ya? Tapi doa apa. Rasanya saat ini saya belum pantas ngomongin masalah pribadi kepada Allah. Picik benar rasanya. Setelah terombang ambing dengan keraguan akhirnya sayapun memutuskan untuk mendoakan semua pihak yang terlibat dalam proses pembangunan dan pemeliharaan Rumah Allah itu sejauh yang saya ketahui.
Setiap individu yang saya tau dan saya ingat saya sampaikan doa agar dilimpahkan kedamaian dan kesejahteraan dengan terlebih dahulu melaksanakan shalat hajat. Syukurnya saya tak terlalu banyak mengenal person-person yang terlibat dalam pembangunan ka'bah ini. Kalau tau semua wah bisa tepar juga jadinya, hahaa.

Setelah itu lanjut mendoakan para syuhada yang telah berkorban untuk mengembalikan ka'bah sebagai simbol risalah tauhid, lalu mendoakan mereka yang telah pernah menginjakan kakinya di ka'bah, serta mendoakan mereka yang saat ini hadir.

Setelah selesai, ternyata saya belum berani juga menyampaikan proposal pribadi kepada Allah. Wah kacau nih, sayang juga kalau ga berdoa. Banyak nih yang mau saya panjatkan.

Yaa Allah pantaskan diriku untuk menyampaikan hajatku, ucap saya dalam hati.

Lama menunggu belum juga ada rasa percaya diri untuk menyampaikan hajat pribadi. Waduh kok jadi rumit begini sih?

Entahlah saya juga ga tau. Saya merasa malu aja saja sama banyak pihak yang telah berjuang untuk Ka'bah walau memilih hidup tetap sengsara. Lalu ketika situasi sudah aman damai, tiba-tiba kita datang dan menuntut berbagai macam kepentingan pribadi kepada Allah via Ka'bah. Lihatlah Ibrahiim sang aarsitek Baitullah. Beliau itu memilih kembali ke Palestina yang beribu kilometer jaraknya dari Mekkah dan kemudian meninggal disana tanpa pernah merasakan manfaat duniawi dari keberadaan Ka'bah yang ia bangun dan kini menjadi pusat aktivitas spritual terbesar di dunia.

Akhirnya sayapun menunda penyampaian proposal pribadi itu. Saya lebih memilih untuk menyampaikan proposal doa yang dituliskan dan dititipkan belasan kawan sebelum berangkat umroh. Satu-satu kertas berisi doa itu saya buka lalu saya baca isinya berhadapan dengan Hajar Aswad. Saya panjatan doa setiap sahabat kepada Allah. Seikat kertas berisi proposal doa dari belasan sahabat itu akhirnya selesai saya sampaikan kepada Allah.  Saya sangat yakin bahwa proposal itu telah sampai dengan baik di Meja Ilahi Robbi. Masalah terkabul atau tidak tentu itu bukan otoritas saya. Tugas saya hanya menyampaikan saja.

Nah, sekarang agak lega rasanya. Kayaknya sudah agak enakan untuk menyampaikan proposal pribadi. Tapi proposal apa yah.

Jujur saya memang perlu bayak uang untuk berbagai keperluan, ya untuk bayar utang, memenuhi keperluan keluarga, membeli beberapa barang, dsb.

Tapi masak sih doa nya sekasar itu. Kok rasanya ga sopan yah.

Tapikan saya ga boleh menyembunyikan adanya keinginan itu? Sudahlah sampaikan saja. Toh ga ada larangan bahkan malah dianjurkan untuk berdoa di depan Baitullah ini.

Oke tapi pasti ada cara yang lebih pantaslah..ayo beni kau pasti bisa menemukan cara yang pantas untuk meminta rezeki kepada Allah di depan Ka'bah ini.

Tiba-tiba 'tuing' muncul ide. Ide tentang redaksional doa yang singkat padat dan spesifik. Behinikah akhirnya bunyi doa itu:

"Yaa Allah tingkatkanlah jumlah infakku 10 kali lipat dari jumlah yang selama ini mampu aku berikan. Amiin Yaa Rabbal Alamin".

Setelah dia itu saya panjatkan, saya diam sejenak. Lega rasanya. Ruang batin saya kini sunyi senyap. Saya memejamkan mata saya menunduk pasrah. Lalu tiba-tiba ada angin sejuk berhembus dari arah belakang saya. Kain sorban panjang yang melilit di leher saya sampai berkibar ringan dibuatnya.

Mungkin inilah pertanda baik akan terijabahnya doa bodohku itu, bisikku dalam hati. Alhamdulillah.

Sayapun menoleh kebelakang secara perlahan. Ternyata tak ada siapapun. Yang ada hanya kipas angin Masjidil Haram!

Ka'bah, 8 Februari 2015

Wahai Batu Hitam

Wahai batu hitam...
Mohon maaf jika saat ini aku enggan melirikmu. Karena melirikmu hanya akan membuatku semakin takut jika harus meninggalkanmu.

Wahai batu berkiswah...
mohon maaf jika saat ini aku enggan mengintip pintu emasmu.. Sebab pancaran cahayamu membuatku makin khawatir semakin dalamnya sayatan rindu saat aku benar-benar pergi meninggalkanmu.

Wahai Ka'bah...
Terimakasih telah membantuku meyelami dan menyerap asupan pelajaran darimu.

Kering sudah air mataku. Lumat sudah kerasnya hatiku.

Wahai Ka'bah...
Aku akan kembali menjumpaimu untuk menatap setiap sisimu
lalu membawaku terbang jauh menembus jarak dan musim yang berlalu dan meneggelamkanku pada samudra semangat para syuhada

Multazam, Ba'da Ashar, 8 Februari 2015.

Selamat Tinggal Ka'bah

Wahai Ka'bah sebentar lagi aku akan meninggalkanmu. Kembali ke tanah kelahiranku yang berjarak begitu jauh darimu.

Wahai Ka'bah kau hanyalah seonggok batu tua yang tak bersuara dan tak bernyawa. Tapi darimulah jejak beribu tahun dapat kurasakan. Tapi darimulah deru semangat juang para manusia pendahulu pilihan Allah dapat kuresapi.

Wahai ka'bah tak tau mengapa sedih hati menyelimuti detik demi detik ku hari ini.

Padahal engkau hanyalah seonggok batu tua hitam yang tak bersuara
dan tak juga bernyawa.

Wahai ka'bah aku berjanji shiluet hikmah yang telah engkau hadirkan selama perjumpaan singkat ini akan kupertahankan sampai mati. Akan ku sampaikan pula pesan bijak masa lalumu kepada anak cucu keturunanku kelak.

tentang begitu pentingnya untuk berjuang dan terus berjuang demi tegaknya kalimat tauhid di muka bumi.

tentang begitu pentingnya menghujamkan kesadaran tentang keberadaan Sang Khaliq hingga ke dasar samudera jiwa yang paling dalam.

tentang untuk jangan mudah goyah dengan tipu daya manusia,

tentang untuk jangan pernah buta oleh tipu daya harta.

Dan pesan tentang
kebahagian sejati didunia itu adalah menjadi seorang budak bagi Penguasa Alam Semesta.

Beni, Multazam Ka'bah Masjidil Haram, 8 Februari 2015

Sabtu, 07 Februari 2015

Gagal Lagi

Malam kedua di Masjid Nabawi, belum muncul juga dorongan untuk menulis. Padahal banyak hal menarik yang dapat disajikan. Mungkin gara-gara berhenti merokok nih, batin saya mulai mencari kambing hitam.
Iya sebelum berangkat unroh saya sudah berjanji untuk menghentikan kebiasaan merokok. Dan saya meyakini bahwa umroh kali ini adalah entrypointnya untuk berhenti merokok. Pokoknya akan menjadi moment strategis, tonggak bersejarah,  hari kemerdekaan, bla bla bla...

Tekad saya sudah bulat. Atau yang lebih tepat hampir bulat. Prakondisinya juga sudah saya lakukan pada saat masih di Pontianak. Mulai dari membaca artikel-artikel yang membahas bahaya merokok, membaca fatwa-fatwa ulama yang mengharamkan rokok, ngobrol dengan sahabat-sahabat yang tak suka asap rokok, hingga meminta doa kepada kawan-kawan supaya bisa berhenti merokok. Nah sebagai bukti kebulatan tekad itu, sayapun melakukan langkah ekstrem yang tak sama sekali tak pernah saya lakukan, saya membuang rokok yang saya bawa berikut dengan korek api nya pada saat perjalanan dari madinah menuju mekkah. Dengan membuang itu, rasanya semakin bulatlah tekad saya untuk berhenti merokok.
Dan alhamdulillah selama dua hari di Madinah saya betul-betul tak menghisap sebatang rokokpun. Balak dak ? Bungben gitu lhi!
Nah, tapi belakangan munculah masalah. Selama dua hari di Madinah ruang akal saya dipenuhi dengan ide-ide yang harus dituangakan dalam tulisan. "Saya harus menulis nih. Sudah terlalu penuh ide di kepala. Harus segera dikeluarkan!", batin saya.
Sayapun membuka hp menekannaplikasi note dalam android jadul saya lalu mulai untuk menyusun kata-kata. Saya menerawang mencoba menangkap aneka ide yang berseliweran.  Mau nulis yang mana dulu yah? Banyak yang keren soalnya.
Hingga beberapa belas menit note di hp ternyata masih blank. Tak ada satu katapun yang bisa saya ketikan.
Mulailah hasutan setan datang menghampiri. "Andaikan ada rokok mungkin saya akan lebih lincah menangkap ide yang berseliweran itu", begitu preambule setan yang masuk dalam otak saya.
Tapi batin saya juga melarang. "Hoi, kau kan sudah komitment untuk berhenti merokok. Jangan plin planlah!", ujar batin saya.

"Tapi ini banyak ide yang menarik untuk diabadikan dalam tulisan. Ga apa kali ya merokok sebatang dua batang demi sebuah artikel. Kan hanya untuk menulis artikel saja.habis itu berhenti lagi", begitu hasut suara setan mencoba berdialektika.
"Hai sudahlah. Kalau sudah janji ga merokok itu pegang erat lah.Lagian rokok dan korek api sdh tak ada, jadi ga mungkin bisa merokok lagi", jawab batin baik saya.

"Ya udah berarti ga bakalan bisa nulis. Ga sayang kah dengan ide-ide menarik yang kau amati di Masjid Nabawi ini? Kan sayang kalau ga di tulis? Kapan lagi, kalau sudah sampai di pontianak kau pasti tak punya waktu untuk menulis. Maka lenyaplah hasil pengamatanmu selama di Nabawi. Sayang bro, ini moment ga bakalan terulang," begitu sahut sang setan mulai memprovokasi.

"Iya juga yah...sayang nih moment.ga bakalan terulang", Saya mulai melakukan pembenaran.

"Oke deh demi menulis, bolehlah membakar rokok barang sebatang dua batang", saya mulai menyerah dengan suara-suara provokatif itu.

Saya mulai terhasut. Dan mulai memikirkan untuk merokok. Tapi rasanya ga mungkin karena sudah ga punya rokok. Terlebih di Madinah tak ada satupun toko yang menjual rokok.
Tiba-tiba saya ingat bahwa saya ada menyimpan sebungkus rokok dikoper besar. Maksudnya untuk jaga-jaga kalau hasrat untuk merokok tak bisa ditahan lagi.

Lho, masih ada toh rokoknya
"Iya, masih ada"!, jawab saya lesu.

"Wah dasar ga niat mau berenti merokok kamu ini. Ngapain bawa cadangan segala. Kalau niatnya beneran mestinya dibuang semua", begitu protes batin baik saya.

Terjadilah perang batin yang dahsyat sedahsyat perang bharatayudha. pergolakan bathin yang mengangkat tema "ngerokok ga ya...ngerokok gak ya".

Tapi kayaknya asik juga nongkrong di depan masjid nabawi sambil menghisap rokok ya. Merenung dan menikmati angin yang berlalu lalang bersamaan dengan para penziarah yang tak berhenti hilir mudik. Ah sebuah suasana yang entah kapan akan saya nikmati lagi.  Saya tatap masjid Nabwi yang benderang. Payung raksasa yang berjejer rapi. Cahaya keemasan yang menghiasi dinding penuh ornamen. Serta sinar bulan yang hampir bulat pula di sisi Timur. Wah Indah betul. Andau asa sebatang rokok tentu akan saya lukiskan indahnya malam ini.

Saya lihat hp saya. Masih kosong. Lulu munculah dorongan, Kayaknya harus merokok nih...bisik batin saya.

Saya mulai mencuekan teriakan suara batun saya yang mencegah saya untuk merokok. Saya tak peduli. Saya masuk ke hotel, lalu naik lift, menekan tombol 1204, keluar, mencari koper, lalu merogoh kantong tempat saya menyembunyikan rokok cadangan sialan itu lalu turun kembali, mencari spot menulis lalu menyulut rokok itu sedikit tergesa, mengepulkan asapnya sambil melirik temaram bangunan indah Masjid Nabawi.

Saya gagal lagi untuk putus hubungan dengan asap rokok hari itu.

Beni s, Madinah, 5 februari 2015

Berguru dengan Nabi Ibrahim

Selepas shalat shubuh di Masjidil Haram, biasanya saya mengisi aktivitas pagi dengan berjalan-jalan di sekitar komplek Masjidil Haram atau menulis. Tadi pagi badan terasa nyeri semua.Khususnya di setiap persendian. Kalau di Indonesia setau saya kondisi nyeri sendi ini adalah prakondisi dari serangan flu. Oleh karena itu saya lebih memilih menulis daripada hiking di sekitar komplek Masjid raksasa,  Masjid Haram Al Mukarramah.
Tema tulisannya masih di seputaran Ka'bah, Kota Mekah dan jejak perjuangan Rasulullah.
Salah satu tulisan yang bisa saya selesaikan adalah sebuah artikel yang berjudul Ka'bah Pusat Peradaban Tertua di Dunia. Sebenarnya ada satu tulisan lagi yang berhasil saya buat.Namun, belum saya edit.
Karena badan nyeri dan mata ngantuk. Oleh karena itu sayapun menututup hp saya dan bergegas menuju kamar hotel. Niatnya pingin tidur.
Saat akan menuju kamar hotel ini ternyata ada Ustadz Luqman, Bang Nur Hasan dan beberapa rekan pengurus pondok yang sedang ngobrol di lobby hotel.
Seperti biasa kalau jumpa bertiga pastilah kami akan terlibat diskusi yang panjang. Sayapun menyodorkan artikel tentang Ka'bah pusat peradaban tertua di dunia itu kepada Ustadz Luqman. Sebuah pengajuan tak langsung tema obrolan. Niat awalnya sebenarnya untuk meminta koreksi dari Ustadz Luqman karena ada satu paragraf yang memuat gagasan beliau dan siapa tau ada tambahan ide atas tulisan yang saya buat.
Tak disangka tulisan itu ternyata menjadi tema diskusi yang panjang bagi kami bertiga. Dimulai dari ustadz Luqman yang mengatakan bahwa dialog antara Ibrahim dan Istrinya sebagaimana yang saya imaginasikan dalam tulisan itu ternyata ada dalam Alquran.
Ia pun membuka Al quran lalu membacakan ayat-ayat tentang dialog Ibrahim dan Siti Hajar, ketaatan Ibrahim kepada Perintah Allah, serta misi yang diemban oleh Nabi Ibrahim. Ayat-ayat yang terletak pada aneka surat yang letaknya menyebar itu ia bacakan satu persatu. Saya begitu takjub dengan ayat-ayat itu, bahwa beberapa hipotesis dan tesis yang saya lakukan hanya berbasis analisis sosial itu ternyata telah ada dalam  Alquran. MasyaAllah!

Pendek cerita, pada akhirnya kami sepakat bahwa Nabi Ibrahim itu adalah Nabi yang sangat visioner, cerdas, nekad dan juga sangat keras. Ia berani membawa Istri dan anaknya Nabi Ismail dari Palestina ke daerah Mekah yang saat itu tak berpenduduk demi untuk menjalankan perintah Allah yaitu membangun fondasi risalah tauhid universal di luar tanah palestina. Menurut bang Nurhasan jarak Palestina mekah sekitar 1000 KM. Sebuah jarak yang sangatlah jauh.
Lalu ustadz Luqman menambahkan bahwa sejauh yang ia pahami Nabi Ibrahim pergi ke Mekah dan balik lagi ke Palestina dengan berjalan kaki.
"Tak ada googlemap lho saat itu", kelakar ustadz Luqman. Kami tertawa, setelah itu bengong lagi.
"Iya ya...nekad betul Nabi Ibrahim ini. Tentulah misi yang diembannya yang ia dapatkan dari Allah bukan misi yang main-main. Bayangkan sudahlah berjalan kaki 2000 km, bayinya ia tinggal lagi hanya dengan Siti Hajar", begitu suara bathin saya.

Kamipun menyampaikan berbagai berbagai pendapat tentang kebijakan Nabi Ibrahim ini, merekonstruksi peristiwanya, bahkan membayangkan diaolog-dialog dramatik yang mungkin terjadi.Hasilnya adalah sebuah kesimpulan yang sangat menggetarkan.
Pertama, benarlah bahwa Nabi Ibrahim adalah sosok individu yang sangat istimewa.saking istimewanya hanya Nabi Ibrahim dan keluarganya saja yang selalu didoakan oleh bermilyar muslim di dunia setiap melaksanakan shalat 5 waktu. Keistimewaannya terletak kepada ketaatannya yang sangat luar biasa kepada perintah super berat dari Allah. Perintah superberatbitu karena jangka waktunya yang sangat panjang yang mungkin  berdurasi ratusan tahun kedepan, yaitu menyiapkan risalah tauhid yang sempurna yang berlaku untuk ummat manusia secara universal. Bukan sekedar untuk sekelompok manusia secara parsial. Jalan yang beliau tempuh sungguhlah luar biasa yaitu menyiapkan munculnya generasi terbaik yang lahir dari seorang individu yang terbaik pula di lingkungan yang sama sekaki baru. Untuk menjadi yang terbaik itu Nabi Ibrahim berkorban dengan membawa keluaga kecilnya berhijrah ribuan kilometer jauhnya.Nabi Ibrahimpun men-coaching secara intensif individu Ismail menjadi sosok individu yang penuh kesabaran dan ketaatan. Coaching itu dilakukan dengan melibatkan Ismail dalam setiap proses yang sangat berat, seperti mengajak orok ismail menempuh perjalanan ribuan kilometer, melibatkan ismail dalam setiap aktivitas, seperti perniagaan, membangun Ka'bah, membangun aneka tradisi peribadatan baru untuk menyembah Sang Maha Pencipta , hingga melakukan pengorbanan-pengorbanan dramatis untuk membuktikan ketaatan kepada Allah Ta'ala. Hebat betul hubungan antara sosok Ayah dan Anak seperti itu. Wajarlah kiranya dari keturunan Ismail ini muncul  seorang laki-laki super Agung pembawa risalah Tauhid yang mampu merubah wajah peradaban dunia, beberpa ratus tahun kemudian. Dialah Muhammad Rasulullah SAW.

Disinilah letak isimewanya Nabi Ibrahim.

Kedua, sepertinya sosok nabi Ibrahim telah menjadi inspirasi utama bagi Rasulullah untuk membangun peradaban dunia.tentu semua karena petunjuk dari Allah. Dan tentu saja inspirasi itu adalahbinspirasi yang bersifat proses materialis. Hijrah Rasulullah ke Madinah misalnya bisa jadi detail tekhnisnha beliau pelajari dari hijrah Ibrahim dari Palestina ke Kota Mekah. Sedangkan perintah umumnya tentu dilakukan atas bimbingan langsung dari Allah melalui malaikat jibril.
Hasil kesimpulan diskusi ini akhirnya melahirkan sebuah resolusi bagi tema dakwah baru bagi PMMAY nantinya. Yaitu kami berkomitment akan mengajak para ayah muda yang memiliki anak agar dapat turun langsung membimbing anaknya agar dapat menjadi seorang muslim yang berkualitas. Proses bimbingan itu harus dilakukan setiap hari sejak anak masih kecil hingga dewasa dengan melibatkannya dalam setiap proses yang selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam. Kami bertiga kemudian sepakat menamakan kesimpulan ini dengan nama Resolusi Mekah.
Kami menutup diskusi itu dengan berdoa bertiga dengan pipi yang basah oleh linangan air mata. Sebuah doa yang dipanjatkan atas kesadaran tentang betapa pentingnya tanggung jawab seorang ayah untuk menyiapkan anak cucu dan generasinya menjadi generasi yang tetap memegang teguh risalah tauhid dan berketetapan hati untuk menjalankan ajaran Islam secara menyeluruh.

Beni, Kota Mekah, 7 Februari 2015.

Jumat, 06 Februari 2015

Ka'bah, Pusat Peradaban Tertua di Muka Bumi

Saya ini ternyata di Mekkah ya. Hihii berasa mimpi bisa menhirup udara di  pusat peradaban tertua di muka bumi yang masih bertahan hingga kini.

Iya, memang betul ada beberapa kota pusat peradaban yang lebih tua daripada Mekkah. Tapi kayaknya sudah punah. Kalaupun ada sisanya, yang ada hanyalah reruntuhan bangunan yang lapuk dan berlumut. Kalaupun ada selain Mekkah, tapi tak ada satu kitab pun yang dapat bertahan originilitis dan masih dipegang erat selama ribuan tahun lamanya. Dan kalaupun ada keduanya, tapi mungkin tradisi masyarakatnya tak ada yang masih bertahan hingga hari ini disaat manusia mengalami kemajuan dahsyat dalam bidang pengetahuan dan teknologi.

Tradisi shalat berjamaah misalnya. Adalah sebuah tradisi yang masih dapat kita saksikan di sekitar Kabah dan Masjidil Haram Tradisi ini telah dimulai sejak jaman Rasulullah hingga saat ini. Unurnya? Sudah 1400 tahun.
Seperti apa tradisi itu?  Setiap azan menggema, maka seluruh aktivitas masyarakat, baik aktivitas perdagangan dan jasa berhenti total. Lalu puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu manusia turun ke jalan bersama-sama menuju Masjidil Haram untuk menunaikan shalat. Pasar yang begitu ramai dengan aktivitas perdagangan dan riuh dengan teriakan para pedagang, seketika sunyi senyap. Dan menjadi ramai kembali sesaat setelah usai pelaksanaan shalat berjamaah. Tradisi itu begitu massif. Kita di Indonesia paling bisa melihatnya setahun dua kali saja fenomena ribuan orang melakukan shalat jamaah itu, yakni pada shalat idul fitri dan shalat idul adha.

Fenomena yang sama juga terjadi di Kota Madinah. Di Kota itu, saking pentingnya sholat, pemerintah bahkan membangun terowongan khusus sebagai jalan yang bisa membawa masyarakat yang mengendarai mobil dari kawasan pemukiman yang jauhnya berkilometer, ke masjid Nabawi. Dan jumlah terowongan itu bukan hanya satu tapi belasan bahkan mungkin puluhan jumlahnya.

Bedanya Mekkah dengan Madinah, di Kota Mekkah terdapat bangunan super tua besutan Nabi Ibrahim dan Nabu Islmail yang telah berumur ribuan tahun. Persisnya sekitar 3500 tahun. Karena bangunan Kabah berdiri sekitar 1500 tahun sebelum masehi. Nah, walaupun di sekitar kabah,  bangunan megah hancur dan berdiri silih berganti, namun bangunan inti ka'bah masih tetap tak berubah. Perubahannya hanya penambahan tinggi dan lebar saja. Bangunan intinya berikut dengan bagian dalamnya masih ada. Masih  original.

Inilah yang saya maksud dengan satu-satunya pusat peradaban tertua yang masih ada.

Bandingkan dengan candi borobudur atau perambanan di Indonesia. Memang bangunannya masih ada tapi ajaran, nilai-nilai, dan tradisi masyarakat yang massif sudah tak ada lagi. Padahal usia bangunannya baru sekitar 400-500 tahun.
Bandingkan juga dengan pyramid di Mesir yang berusia lebih tua dan berukuran jauh lebih besar dari Ka'bah, tapi tradinya sudah punah.

Sedangkan  Ka'bah yang telah berusia mungkin 3500 tahun ini,  masih ada tradisi Thawaf, ritual memutari ka'bah yang sudah dimulai sejak pembangunannya dan masih bertahan hingga kini.

Lalu ada tradisi baru yang muncul 1400 tahun yang lalu yang dibangun oleh Rasulullah yaitu tradisi shalat berjamaah. Sungguh sebuah pemandangan yang menakjubkan mengamati fenimena peribadatan yang sangat massif dan terjadi bukan setahun sekali lho, akan tetapi sehari 5 kali! Atau setahun 1825 kali! Luar biasa!

Betulah Firman Allah yang pernah disampaikan oleh Ustad Luqman kepada saya bahwa di Al Quran ada statment-Nya bahwa Allah lah yang secara langsung yang menjaga Kota Mekkah dari kerusakan.
"Jamjnan Allah ini dapat di lihat di AlQuran surat Anfal 34 bahwa yang hanya bisa menguasai Masjidil Haram adalah adalah orang yang bertaqwa saja", ujar ustadz Luqman.

Iya betul juga, bukankah menjelang kelahiran Rasulullah Kakbah pernah akan dihancurkan oleh ribuan pasukan abrahah yang menunggang gajah. Tapi gagal, karena Allah langsung menghancurkannya dengan menyuruh pasukan burung ababil yang menembak pasukan gajah itu dengan peluru panas dari udara. Luluh lantaklah pasukan Abrahah itu.

Nah, bagi rekan-rekan yang membaca artikel ini saya sarankan untuk melaksanakan ibadah umroh ke Kota Mekah. Rasakan kebesaran Allah agar bertambah kuat iman dan keyakinan kita. Bahwa ternyata Allah itu ada, Ibrahim dan Muhammad itu juga nyata serta telah menhnaikan tugas dengan baik sebagai manusia yang membawa pesan langsung dari Allah. Whuih..!? Macam nak pak ustadz jak saye ni..hihii.

Beni, TheHolly Mekkah, Sabtu 7 Februari 2015.